Percepatan transformasi Indonesia sebagai upaya menghadapi era akhir disrupsi membawa perubahan yang signifikan. Digitalisasi yang berkaitan dengan revolusi industri bukan lagi menjadi hal tabu. Perbincangan terkait internet, dunia maya dan mungkin juga big data sudah menjadi topik diskusi warung kopi dari pinggiran kota sampai desa.
Kisah Bjorka alias hacker yang membocorkan data-data pejabat pemerintah menjadi pengingat kesiapan ambisi menuju “Digitalisasi” yang ternyata masih sangat jauh. Sampai pada RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP) disahkan, sosok Bjorka belum ditemukan. Hal tersebut tentu semakin menimbulkan ketakutan akan privasi dan keamanan data pribadi.
Berbicara tentang peretasan dan kebocoran data akan selalu ada 2 sudut pandang pertanyaan: Apakah karena keamanan sistem yang terlalu lemah atau keteledoran pengguna dalam menjaga datanya? Secara teknis dan fakta di lapangan, kedua hal tesebut adalah benar. Peretasan sistem yang dibuat ngasal seringkali terjadi namun keteledoran dan kebiasaan memberikan data pribadi lebih banyak terjadi.
Lantas, bagaimana sebenarnya cara kita mengamankan data? Bagaimana cara hacker memanen data? Nah, sebagai pengantar, ada beberapa hal penting yang wajib dipahami. Pertama, tidak pernah ada sistem IT yang benar-benar aman. Kedua, sebaik-baiknya kita menjaga data, selalu akan ada celah terhadap kebocoran data. Ketiga, memahami bahwa kebijaksanaan dalam memanfaatkan internet baik melalui desktop maupun smartphone sangatlah diperlukan.
Bagi penulis, ketiga hal tersebut sudah menjadi konsekuensi logis dalam perkembangan menghadapi era big data. Keterbukaan adalah nyawa dari globalisasi dan filter paling utama terletak pada masing-masing pribadi. Bukan artisan penulis membenarkan pembelaan Menteri Kominfo, Johnny G. Plate setelah kasus kebocoran data KTP tapi keteledoran selalu menjadi langkah awal bagi seorang hacker untuk melakukan peretasan.
Cara Menjaga Keamanan Data Pribadi
Terdapat beberapa tips untuk menjaga keamanan data pribadi, diantaranya:
Menggunakan Akun Ganda
Secara personal, penulis selalu memiliki 2 akun yang digunakan selama berinteraksi di dunia maya. Akun pertama, penulis gunakan untuk kebutuhan pribadi, seperti: sosial media, keuangan, akun bank, data usaha, HAKI, pajak, dan platform lain yang memungkinkan adanya verifikasi data NIK.
Akun kedua, penulis gunakan untuk mendapatkan akses fitur aplikasi berbasis web, mengikuti webinar/seminar, pendaftaran program pemerintah, dan platform lainnya yang bisa diikuti tanpa data asli.
Pahami Platform yang Digunakan
Saat Anda mengisi sebuah form pendaftaran, pastikan bahwa website tersebut memiliki domain terpercaya. Hindari website yang memiliki domain, seperti .xyz dan .page.link, Selain itu, pastikan bahwa pemilik website merupakan organisasi atau lembaga dengan legalitas terpercaya.
Pastikan Memiliki Nomor Khusus untuk OTP
Memiliki nomor khusus yang digunakan untuk verifikasi OTP menjadi tips paling penting dalam menjaga keamanan data. Pastikan Anda memiliki nomor tersendiri untuk mengirimkan OTP. Selain itu, jangan pernah memberikan kode tersebut pada orang lain. Tidak sedikit kasus penipuan ataupun peretasan terjadi dengan menggunakan modus OTP.
Keluar dari Grup WhatsApp yang Tidak Dibutuhkan
Mengambil data nomor HP dari grup WhatsApp (WA) sangat mudah untuk dilakukan. Hanya dalam hitungan 10 detik, keseluruhan data nomor HP yang ada di sebuah grup WA dapat terkumpul.
Selain itu, terdapat beberapa risiko dari bergabung dengan banyak grup WA yang kurang jelas kebermanfaatannya. Tidak heran jika Anda akan menerima banyak pesan siaran (broadcast) secara terus menerus. Namun, di sisi lain, pengiriman pesan siaran merupakan salah satu teknik pemasaran yang ampuh, lho!
Setidaknya seperti itulah garis besar cara hacker bekerja. Pada intinya, tidak ada sistem yang aman, celah akan selalu ada, dan kebijaksanaan kita dalam menggunakan internet adalah kuncinya.
Baca juga: Meretas Website yang 10 Tahun Tidak Terpakai