Knowledge management bukan menjadi kajian baru pada era disrupsi. Namun, penerapannya dalam dunia pendidikan sangatlah minim. Kajian tentang manajemen pengetahuan ini pertama kali dicetuskan oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi melalui bukunya dengan judul “How Japanese Companies Create The Dynamics od Innovation”. Dalam bukunya tersebut, mereka mendefisikan bahwa sebuah pengetahuan sebenarnya terorganisasi menjadi dua jenis: pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit.
Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang didasarkan pengalaman diri setiap individu. Sedangkan pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah dituliskan dan bisa diketahui oleh orang lain. Kedua jenis pengetahuan tersebut saling berhubungan dan terus menerus berkembang. Oleh karenanya, proses pembentukan pengetahuan akan melalui beberapa tahap yang terbagi menjadi beberapa mode. Nonaka dan Takeuchi, mendefinisikan bahwa sebuah pengetahuan terbentuk atas interaksi antara pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit yang nantinya akan membentuk 4 model konvensi pengetahuan.
Terdapat 4 mode proses pembentukan pengetahuan diantaranya :
Socialization (From Tacit to Tacit)
Tahap sosialisasi merupakan proses berbagai pengalaman, pembentukan pola pikir dan peningkatan kemampuan teknis yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pengetahuan ini bersifat personal tanpa bisa dibagikan kepada orang lain. Dalam tahap ini, setiap individu mampu memperoleh pengetahuan secara langsung tanpa menggunakan sebuah bahasa. Kegiatan tersebut dapat berupa observasi, imitasi, dan praktik. Tak heran jika kunci untuk mendapatkan tacit knowledge adalah latihan. Semakin banyak pengalaman maka semakin banyak pula pengetahuan tacit yang dimiliki seseorang. Pada tahap ini, seseorang dituntut untuk mendapatkan insight atau pengetahuan baru berdasarkan pengalaman, pola pikir, dan kemampuan teknsi yang dimilikinya.
Nonaka dan Takeuchi mencontohkan implementasi tahap sosialisasi pernah diterapkan oleh dua perusahaan besar. Pertama, Perusahaan Honda yang menyelenggarakan “branstorming camps” berupa pertemuan informal untuk mendiskusikan dan memecahkan sebuah permasalahan dalam pengembangan projek. Kedua, Perusahaan Matsushita Electic Industrial Company yang terus mendapatkan pengetahuan melalui interaksi antara pengembang produk dan pelanggan.
Externalization (From Tacit to Explicit)
Eksternalisasi merupakan proses artikulasi dari pengetahuan tacit menjadi sebuah konsep yang eksplisit. Secara sederhana, dapat dikatakan sebuah proses penyaluran pengetahuan tacit setiap individu yang dituangkan kedalam sebuah media agar dapat diketahui orang lain. Langkah termudah yang memungkinkan pembentukan pengetahuan dari tacit ke explisit dapat berupa metafora, konsep, analogi, hipotesis, dan model. Contoh kasus, ketika seorang ingin mendeskripsikan sebuah gambar, tentu dia membutuhkan sebuah bahasa. Sehingga dia menulis agar pengetahuan atau pemikirannya tentang gambar tersebut juga bisa dipahami oleh orang lain (diluar dirinya).
Proses ekternalisasi ini bisa dikatakan sebagai penggambaran taxic knowledge kedalam sebuah bahasa/media. Terdapat contoh implementasi tahap eksternalisasi sebagai berikut:
Combination (From Explicit to Explicit)
Tahapan kombinasi adalah tahapan pengorganisasian konten pengetahuan eksplisit menjadi sebuah sistem pengetahuan. Dalam tahap ini, perbedaan-perbedaan pada tahap pengetahuan eksplisit dikombinasikan untuk membangun sebuah konstruksi pengetahuan baru. Secara sederhana, tahap mode kombinasi merupakan proses penggabungan dan pertukaran masing-masing individu melalui beragam media, seperti dokumen, pertemuan, percakapan telepon, atau komputerisasi jaringan. Jenis pengetahuan ini biasa didapatkan dari pendidikan formal maupun pelatihan.
Contoh lain dalam dunia bisnis, kombinasi pengetahuan biasa terlihat ketika seorang manajer membagi beberapa bagian menjadi visi, konsep bisnis, atau konsep produk. Hal tersebut pernah dilakukan oleh sebuah perusahaan Bernama Kraft General Foods. Perusahaan tersebut tidak hanya menggunakan data penjualan untuk menemukan produk yang terjual ataupun tidak, melainkan dari hasil analisis data juga merumuskan sebuah cara baru untuk menjual. Alhasil, perusahaan Kraft berhasil mampu mengkategorikan produknya untuk meningkatkan omset perusahaan secara signifikan.
Internalization (From Explicit to Tacit)
Internalisasi adalah sebuah proses mewujudkan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit, atau biasa disebut sebagai learning by doing. Setiap individu akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru melalui tahapan mode sosialisasi, eksternalisasi dan kombinasi. Melalui proses keseluruhan tersebut akan membangun pola pikir, kemampuan teknis, dan keseluruhan konstruksi pengetahuan tersebut menjadi aset berharga.
Proses perubahan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit ini dapat dibantu dengan cara memvisualkan atau menggambarkan ke dalam bentuk dokumen, panduan, ataupun cerita. Contohnya, ketika membaca atau mendengarkan cerita sukses akan mempengaruhi mental pendengar agar memiliki semangat lebih dari cerita yang dia baca ataupun dengarkan. Dengan demikian, dokumentasi tersebut akan memperkaya setiap individu untuk menginternalisasi apa yang mereka alami.
BENTUK PENGETAHUAN DAN SPIRAL PENGETAHUAN
Proses alur pembentukan pengetahuan dari keempat mode tersebut akan menghasilkan konten pengetahuan yang berbeda-beda. Pada tahap sosialisasi disebut dengan “sympathized knowledge” yang cenderung menghasilkan pola pikir dan kemampuan teknis. Kemudian tahap eksternalisasi disebuat “conseptual knowledge” yang melahirkan sebuah konsep baku seperti “Tall Boy” dari honda atau “Automobile Evolution” dari Canon. Selanjutnya, tahap kombinasi mampu mambangun sebuah “systemic knowledge” seperti prototipe dan komponen teknologi baru. Terakhir, tahap internalisasi akan memproduksi “operational knowledge” yang menghasilkan sebuah pengetahuan baru pada diri seseorang.
resume oleh Fitrah Izul Falaq, S2-Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang